Kamis, 15 Maret 2012

3. Menjawab Gugatan Jika Nabi Muhamad Pernah Kafir


Menjawab Gugatan Jika Nabi Muhamad Pernah Kafir

Dalam rangka menjala umat Islam Madura, Pendeta Edhie Sapto dan Pendeta Yosua Adhie mengimbau kepada umat Kristiani agar penginjilan dilakukan dengan metode perbandingan Alkitab (Bibel) bahasa Arab dan Al-Qur‘an. Alkitab bahasa Arab diperlukan dalam penginjilan karena orang Madura akan mengakui bahwa Alkitab bahasa Arab adalah kitab asli. Ini belum cukup, tapi harus ditunjang dengan lagu-lagu qasidah bahasa Arab dengan irama padang pasir yang syairnya dikutip dari ayat-ayat Alkitab. Qasidah ini diperlukan karena orang Madura senang mendengarnya. “Mereka senang mendengarnya dan akhirnya berita Injil tersebar, banyak jiwa-jiwa bertobat dan nama Tuhan dipermuliakan,” tulisnya.

Dalam rangka perbandingan Alkitab dan Al-Qur‘an itulah, majalah Midrash Talmiddim banyak mengutip ayat-ayat Al-Qur‘an. Kutipannya terkadang tepat, tapi metode pemahamannya dirusak, bahkan tak jarang pengertiannya diselewengkan untuk melecehkan Allah dan Rasulullah. Setelah terkesan bahwa ayat Al-Qur‘an itu lemah, Edhie dan Yosua memberikan solusi berupa ayat-ayat Alkitab. Kesimpulannya, Alkitab jauh lebih hebat daripada Al-Qur‘an; Kristen jauh lebih unggul daripada Islam.
Nabi Muhammad difitnah sebagai orang yang pernah bergabung dalam ibadah orang kafir. Buktinya Nabi Muhammad pernah ibadah dengan cara semedi di goa (edisi 3 hal. 25). Dan merekapun menuduh “Nabi Muhammad Dituduh Pernah Kafir”

Dan saya berani mengatakan jika penghujatan ini sama sekali tidak berdasar dan tidak didukung oleh data yang akurat. Karena sejarah mencatat bahwa Nabi Muhammad sepanjang hayatnya selalu berlaku jujur, tak pernah berbohong, tak pernah mengikuti adat-istiadat masyarakat jahiliyah baik minum-minuman keras, main perempuan maupun menyembah berhala. Semua itu dijauhi oleh Muhammad sampai akhir hayatnya.

Dalam kondisi masyarakat jahiliyah itu, Muhammad SAW bertahanuts (mempersiapkan diri) di tempat yang tenang yaitu gua Hira yang terletak di Jabal Nur (bukit cahaya). Di tempat ini, dengan pikiran yang jernih dan tenang, beliau merenungkan tentang pencipta alam raya. Langkah ini pun dituntun oleh wahyu Allah. Karena sebelum diangkat sebagai nabi, beliau sudah diberi wahyu berupa ruh Al-Qur‘an. (Qs. As-Syura 52 dan Ad-Dhuha 7).

Muhammad adalah nabi yang dipuji oleh Allah SWT sebagai pribadi yang benar-benar berbudi pekerti yang agung” (Qs. Al-Qalam 4); diberi pahala yang besar yang tidak putus-putusnya” (Al-Qalam 3); ditinggikan derajatnya” (Alam Nasyrah 4); nabi pamungkas (Ali Imran 144, At-Taubah 33, Al-Ahzab 40); dan nabi yang diutus untuk seluruh umat manusia (Al-Anbiya‘ 107).
Dan untuk lebih jelasnya mari kita sama-sama meneliti agama apa yang dianut beliau sebelum beliau diangkat menjadi Nabi oleh Allah, seperti yang tertulis dibawah ini ;


BERAGAMA APAKAH NABI MUHAMMAD SEBELUM MASUK ISLAM?

Beragama apakah Nabi Muhammad sebelum masuk Islam?. Ini adalah pertanyaan yang mungkin oleh sebagian besar umat Islam tidak pernah dipikirkan. Apakah Nabi Muhammad beragama Hindhu, Kristen, Yahudi, Zoroaster atau lainnya?.

[QS 5:3] ………….. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. ……

Kita tahu bahwa orang Hindhu pernah menyinggahi Arab. Kita juga tahu ada komunitas Yahudi dan Kristen banyak yang tinggal di semenanjung Arab ketika Nabi masih hidup. Tetapi kita tidak tahu apa agama asli orang Arab saat itu. Yang jelas saat itu bangsa Arab mengalami kemerosotan moral dan hidup dalam masa Jahiliyah.

Jika kita berpendapat nabi Muhammad beragama Yahudi, Kristen, Hindu, atao Zoroaster sekalipun maka itu tidaklah mungkin. Ada beberapa alasan yang mendasarinya :

  1. Nabi dikenal orang yang buta agama dan buta huruf
  2. Agama yang datang sebelumnya memiliki kesamaan yaitu sudah tidak murni Tauhid

Jadi apakah agama nabi sebelumnya?. Jawabannya kemungkinan “Agnostic yang hanif”, yaitu percaya adanya Tuhan yang menciptakan langit dan bumi tetapi perilakunya humanis religius.

Dan ada suatu kecenderungan bahwa pendiri agama-agama besar di dunia ini sebenarnya pada saat sebelumnya adalah seorang Agnostic yang humanis religius. Karena ada juga agnostic yang tidak humanis relgius.

Nabi Muhammad mendapat wahyu Al-Quran pada umur 40 tahun. Jadi sebelum berumur 40 tahun nabi Muhammad tentu beragama dalam keyakinannya sendiri. Suatu keyakinan bahwa apa yang dilihatnya pada masyarakat Arab saat itu (Jahiliyah), tentang apa yang mereka sembah dan lakukan tidaklah benar. Itulah mengapa Nabi sering mengasingkan diri untuk merenungkan semua ini untuk mendapat petunjuk.

Nabi Ibrahim pun demikian juga. Sebelum menjadi nabi beliau selalu mencari hakekat Tuhan sejati karena tidak didapatkan pada ajaran di masyarakatnya yang saat itu dikuasai Raja Namrud. Nabi Ibrahim selalu mencari siapa pencipta tertinggi. Dan selama pencarian itu beliau tak lepas dari ujian Allah.

Nabi Musa yang dianggap sebagai cikal bakal pendiri agama Yahudi juga mengalami hal yang sama. Bahkan beliau dari bayi sampai remaja malah menjadi anak angkat Fir’aun dan tentu sedikit banyak berusaha dipengaruhi oleh Fir’aun meski mungkin tidak berhasil. Dimana beliau mulai mendapat pengajaran dari Tuhan setelah tumbuh dewasa. Terlebih setelah beliau membawa kaumnya keluar dari Israel dan mendapat 10 perintah Tuhan.

Demikian pula dengan Budha yang merasa kekayaan dan gelar kebangsawanan tak membuatnya merasa tenang dan nyaman. Ibarat jika kita setiap hari diberi kekayaan dan kekuasaan maka hati kita akan merasa kosong dan perlu mendapat pencerahan. Itulah mengapa sang Budha melepas semua yang dipunyai dari kekayaan, keluarga dan kekuasaan untuk mencari pencerahan hakiki.
Jika kita amati, para pendiri agama besar tak lepas dari pemikiran kritis atas yang terjadi di masyarakat sekitarnya saat itu. Selain itu kualitas pribadinya juga sangat berpengaruh. Misalnya nabi Muhamamd yang terkenal Jujur dan dapat dipercaya, hal ini merupakan modal beliau untuk dapat diangkat sebagai nabi Oleh Allah.

Yesus (Nabi Isa)pun meski saat kecil sudah berbicara yang menegaskan bahwa beliau itu utusan Allah tetapi pada tahap perkembangannya baru mulai mengadakan pengajaran setelah beliau berumur 30-an tahun. Jadi apa yang dilakukan Yesus sebelum umur 30-an tahun (Bible tidak merincinya) tentu merujuk pada kualitas pribadi yang baik. Yang jelas seseorang diangkat menjadi utusan Allah karena memiliki pribadi yang paling baik pada saat itu diantara yang lain.


"Wasalam"

2 komentar:

  1. Ketika Rasulullah Saw. menantang berbagai keyakinan bathil dan pemikiran rusak kaum musyrikin Mekkah dengan Islam, Beliau dan para Sahabat ra. menghadapi kesukaran dari tangan-tangan kuffar. Tapi Beliau menjalani berbagai kesulitan itu dengan keteguhan dan meneruskan pekerjaannya.

    BalasHapus
  2. Mohon ditanggapi blog http://islamexpose.blogspot.com karena telah menggoyahkan keislaman saya..

    BalasHapus